Ganti Judul dan ALt sendiri

Pecel Pincuk Ponorogo Yang Selalu Bikin Kangen



Seminggu terakhir ini sudah dua kali saya membeli nasi pecel. Rasanya kangen banget makanan satu ini. Memang saya suka dengan pecel, ini adalah makanan khas di daerah asal saya. Tapi sebenarnya saya biasanya menahan diri dari membeli nasi pecel kalo tidak di kota asal saya Ponorogo. Mengapa? Soalnya ga ada yang seenak Sego pecel pincuk Ponorogo asli, gaes. Itu kata lidah saya. Jadi seringnya malah kecewa karena cita rasanya tidak sesuai ekspektasi. Seperti pengalaman dua kali beli nasi pecel di pekan ini yang ujungnya yah kecewa lagi. Ya sudahlah.

Sebagai seorang yang pernah merasakan hidup di perantauan, urusan kangen dengan kuliner khas daerah adalah hal yang lumrah. Kalau saya, masakan kampung halaman yang sering bikin kangen adalah pecel.

Sego Pecel, Kuliner Khas Ponorogo

Kebanyakan teman atau orang yang pernah saya temui di perantauan, saat tau saya orang Ponorogo, yang disinggung soal kuliner khas daerah saya pasti sate ayam Ponorogo. Kata mereka sate Ponorogo bumbunya beda dari yang lain, enak. Memang benar sih. Saya baru ngerasain ketika di kota lain nyari sate merasa aneh dengan aneka sate yang dijual.

Kalau orang luar Ponorogo lebih kenal sate sebagai kuliner khas Ponorogo . Nah, kalo orang Ponorogo sendiri yang merantau, kebanyakan yang paling sering dirindukan lidah mereka adalah pecel pincuk Ponorogo.

Di jaman saya masih sering main di Facebook, kalo ada teman SMU lagi pulang kampung dan share foto sebungkus nasi pecel pincuk dengan sambel medok, terancam, dan tempe goreng, wuaaah statusnya auto dibanjiri teman-teman lain yang langsung komenin tu pecel. Apalagi kalo dibungkus daun jati. Hemmm...sebuah foto yang bakal menjadi pemersatu anak rantau Ponorogo di dunia maya.
Pecel khas Ponorogo



Oh pecel, tidak diragukan kamu memang kuliner primadonanya Ponorogo. Lidah-lidah kami akan selalu kasmaran sama kamu, yak secinta itu kami. Bahkan kami anak rantau yang kalo pulang kampung sering bawa sambal pecel, rasanya tetap beda kalo nggak di kota asal kami menikmatinya. Entah kenapa saya juga nggak tau, pokoknya beda aja.

Idul Adha tahun kemaren, saat shalat Ied, di pintu masuk lapangan ada tulisan “Disediakan Nasi Pecel” (kira-kira gitu deh tulisannya). Ini untuk makan-makan setelah shalat tentunya. Nah, mata ini auto lirik-lirik mencari bingkisan ijo-ijo. Dan setelah shalat saya yang berharap nasi pecel bungkus daun itu kecewa karena nggak kebagian wkwk. Malu sama Allah saking ngarepnya. Pulang shalat langsung ngajak rombongan berburu nasi pecel. Keliling-keliling jalanan kota, sudah muter-muter pada tutup tentunya.

Biasanya kalo lebaran atau musim mudik lainnya, warung-warung nasi pecel akan selalu ramai dengan manusia-manusia urban yang ingin melepas rindu pada pecel asli kotanya.

Nasi pecel di daerah saya memang makanan sehari-hari. Umumnya dijual pagi dan malam hari. Pecel juga sering dijadikan makanan di acara-acara seperti pengajian umum dan kegiatan remaja-remaja pada bulan Ramadhan sebagai nasi bungkus. Memang nasi bungkus identik dengan nasi rames atau nasi campur. Tapi di desa saya nasi pecel bungkus selalu jadi favorit. Termasuk sebagai menu berbuka.

Sepupu saya, bahkan saking bucinnya sama pecel, menu utama buka dan sahur selama sebulan mintanya selalu pecel. Kalo anggota keluarga lain mau makanan selain pecel ya silahkan, yang penting pecel harus ready.

Itulah yang saya ingat tentang kedudukan pecel sebagai culture food di daerah saya. Yah, se-culture itu memang.

Kondimen Sego Pecel Pincuk Ponorogo Asli

Melalui tulisan ini, saya ingin mengenalkan pada teman-teman tentang pecel khas Ponorogo. Btw, saya tau ada Pecel Ponorogo itu ya setelah merantau. Selama masih tinggal di kota Ponorogo, saya nggak kenal sama istilah pecel Ponorogo. Soal pecel ya taunya pecel Mbah Semi,Pecel Mbah Surip, Pecel mbak Mut hehe.

Baru di tempat saya menjelajah, ketemu istilah Pecel Ponorogo. Eh ternyata pecel daerahku diakui ya, setidaknya ada diferensiasi dari pecel-pecel daerah lainnya. Tentu ini semua karena masing-masing pecel mempunyai ciri khas sendiri yang menjadi pembeda dengan yang lain.

Pecel Madiun yang lebih dikenal luas, itu sudah beda banget dari pecel Ponorogo. Padahal kota Ponorogo-Madiun berbatasan. Soal rasa sambal, keduanya mirip. Tapi soal kondimen, di pecel Ponorogo tidak ada tambahan serundeng, kering tempe, dan mie yang biasanya ada di pecel Madiun.  
Pecel Madiun



Beberapa hal berikut ini yang menjadi ciri khas pecel pincuk Ponorogo yang menjadi pembeda dengan pecel daerah lain:

Sambal Pecel

Sambel pecel Ponorogo racikannya dikenal tanpa menggunakan kencur. Menggunakan daun jeruk yang banyak sebagai aromatik dan asam Jawa untuk menguatkan rasa segar. Cara memasaknya yang autentik adalah dengan disangrai di pawonan. Menggunakan campuran cabe rawit dan cabe rawit kering. Ini disangrai juga bersama bawang putih. Sambal yang tanpa minyak akan lebih awet dan aromanya lebih khas.

Proses penggilingan sambal yang asli dengan ditumbuk. Tetapi sekarang sudah banyak yang menggunakan mesin penggiling.

Cara mencampur dengan air menggunakan air panas yang sedikit. Jadi konsistensi sambal tergolong kental. Karena sambalnya pedas, makan dikit pun sudah cukup.

Sayur Rebus

Sayuran pecel Ponorogo umumnya terdiri dari kombinasi beberapa jenis sayur. Sayur yang biasa digunakan adalah bayam, daun pepaya, daun singkong, daun kacang panjang (lembayung), bunga turi, daun kenikir, kecipir, koro, kacang panjang, daun so, daun kangkung jarang.

Kalau di luar Ponorogo kadang menemui ada yang menggunakan sayur sawi putih, tauge panjang, wah itu nggak umum banget, nggak autentik. 
Pecel Ponorogo



Untuk topping sayur biasanya menggunakan capar dele atau capar kacang. Capar adalah istilah untuk tauge. Capar dele dari keledai, capar kacang dari kacang hijau.

Trancam (Topping Sayuran Mentah)

Baru sadar ternyata pecel itu ada toppingnya haha. Biasanya ngomongin topping kan buat donat, brownies, atau istilah makanan-makanan jaman now. Eh ternyata makanan ndeso juga mengandung topping loh.

Topping pecel Ponorogo disebut trancam (bukan terancam ya^^). Trancam terdiri dari capar kacang mentah, lamtoro, mentimun, daun kemangi. Semuanya dicampur dan ditabur di atas sambal pecel.

Lauk Pecel

Kalo sego pecel asli desa, lauk yang umum untuk pecel adalah tempe goreng desa (seperti mendoan Banyumas), lentho (adonan dari singkong parut, cabe, lengkuas parut, bawang, capar dele, tempe bosok, daun brambang), rimbil (adonan dari tepung terigu, kelapa parut kasar, teri yang digoreng), dan rempeyek.

Kalo sudah di kota biasanya penjual pecel menyediakan lauk alternatif seperti ayam goreng, telur goreng, empal, tahu goreng, lele goreng ,dan lainnya. Pecel yang asli desa memang menghindari segala macam lauk yang amis-amis.

Nasi Pulen

Pecel Ponorogo yang enak dan top markotop biasanya yang menggunakan beras hasil panen setempat yang punel, dimasak dengan kompor tanah liat menggunakan kayu bakar.

Nasi pecel di luar Ponorogo seringnya hanya fokus di sambalnya, tapi failed menyajikan nasi yang punel ini. Padahal meski semua kondimen sudah sempurna tapi soal nasi ga diperhatikan, ganggu banget di cita rasanya.

Cita Rasa Kerinduan

Kalian tau nggak, saya nulis gini selain menahan rindu Sego pecel tanah kelahiran, nahan lapar juga, diam-diam saya bersyukur dan berterima kasih pada nenek moyang kami yang telah menciptakan cita rasa pecel ngangenin. Pecel yang menawan selera dan hati kami yang mengembara jauh dari tanah kelahiran. Pecel yang membuat kami selalu rindu pulang.

Buat kalian yang juga merantau, pasti pernah kan kangen banget sama masakan kampung halaman? Dan rasanya memang sekangen itu kalau nggak nemuin yang rasanya mirip di tempat domisili kita.

Ngomong-ngomong, apa ada yang pernah ngicip sego pecel pincuk Ponorogo yang asli? Bagaimana menurut kalian? Kepedesan ndak? Nggak kepedesan ya nggak berkesan dong, ya nggak? Cerita yuk, sini yuk!

2 comments

Ingin memberi tanggapan atau saran? Silahkan drop di comment box. Terima kasih!
  1. Hadir ... hadir ... Anak perantauan yang selalu kangen sama pecel Ponorogo. Menu wajib kalau lagi mudik. Harus beli yang pincukan, tambah tempe goreng, maem e anget-anget. Masya Allah .. jadi pengeeen. Dan bener banget rasa pecel di luar Ponorogo itu beda, akupun sering kecewa 🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo sodari seperantauan sependeritaan kala kangen pecel wkwk...Muleh ga mecel berasa ada yang kurang ya mbakkk... kepuasan hakiki kalo first day pulkam dah ketemu pecel idaman😊

      Delete